Langsung ke konten utama

Juanda.. sang "rocker" berhati mulia

Siapa sangka? Seorang pemuda yang penampilannya urak-urakan. Memakai cincin besi sebanyak 6 buah di sisi tangan kanan kirinya, di tambah dengan potongan rambut jigrak keatas menjulang tinggi bagai serabut sapu yang tebal. Kesan yang di salurkan untuknya adalah "cowo gaul". Hehe 😄
Ya.. Juanda. Remaja berusia 22 tahun ini sehari-hari bekerja lewat musik, katanya band etnik, ketika kita mendengar musik dan vokalnya maka telinga agak terasa sedikit perih. Dengan suara vokalisnya sangat melengking membuat kecoa di tepi-tepi kayu lari terbirit-birit mengadu pada Ibunya. Hahaha😀
Namun, profesi tersebut telah ia jalani selama lebih kurang 12 tahun. Band etnik yang di beri nama "Harus Ngetop" ini berjumlah 6 orang anggota. Terdiri dari 1 pemain drum, 1 vokalis, 2 gitaris, 1 pianis, dan 1 pemain gendang tradisional. Lengkap sudah kebahagiaan mereka setiap kali ada undangan untuk tampil. Biasanya mereka di undang ke acara Ulang Tahun anak-anak ataupun acara Kondangan pernikahan.
Kembali ke Juanda, ia sebenarnya tidaklah kasar. Ia baik. Namun ia tidak pernah peduli dengan kejadian apapun di sekitarnya. Yang penting ia mencari uang dan di berikan pada Ibu. Maklum.. Juanda adalah anak sulung yang ikut membantu orangtua mencukupi kebutuhan sehari-hari semenjak ayahnya meninggal dunia.
Juanda banting tulang mencari uang untuk kedua adiknya yang masih duduk di bangku SD.
Suatu hari setelah tampil pada sebuah acara,Juanda tampak lesu. Matanya terarah ke seorang anak kecil yang membawa dagangan ibunya kue klepon. Dengan nafas terengah-engah ia mempromosikan kue penganan ibunya itu. Tatakan kue klepon di atas tampi bambu menambah lezatnya aroma kue yang ia bawa.
Dengan cepat Juanda melambaikan tangan kanannya kearah anak kecil itu,bermaksud memanggil anak itu. Bergegas si kecil berlari dan berdiri tepat di hadapan Juanda. Siapa namamu? Tanya Juanda. Muhammad Alif. Jawabnya tegas. Abang beli kleponnya 10 buah ya. Lanjut Juanda dengan penuh rasa kasihan. Pakaian Alif tampak sangat lusuh, sandal jepitnya sudah di beri pengait dari tali rafia yang membuat siapapun terenyuh hatinya melihat hal tersebut. Langsung tangan mungilnya memasukkan satu persatu klepon ke dalam plastik kresek yang telah di sediakannya.
Terimakasih ya bang..  Ucapnya dengan wajah sumringah. Iya,sama-sama.. Ucapku dengan senyum senang.
Seketika Alif kembali berjalan untuk melanjutkan usaha dagang kleponnya. Hati Juanda berperang kecil.. Mengapa di kota yang megah ini masih ada anak kecil yang putus sekolah karena tidak ada biaya dari orangtua. Meskipun Juanda termasuk anak yang sekolah hanya sampai tingkat SMP akan tetapi dia masih sangat terpukul ketika melihat anak-anak yang putus sekolah seperti Alif.
Malam hari Juanda mulai memikirkan apa yang harus ia lakukan sebagai seorang pemuda untuk perubahan lingkungan sekitar. Daerah tempat tinggalnya masih dalam kategori kumuh dan terpencil. Kehidupannya pun masih agak kotor dan jarang ada air bersih. Ya.. Mereka sudah terbiasa dengan kehidulan yang serba terbatas itu. Anak-anak jika ingin mandi maka lebih memilih langsung mandi ke sungai. Lebih ekonomis dan bisa mandi sepuasnya.
Pernah Juanda minta kepada kepala daerah untuk memperbaiki kampungnya yang kumuh,namun suaranya tak di gubris. Wajar saja, Juanda datang ke kantor pemerintah daerah dengan pakaian ugal-ugalan.
Minggu selanjutnya Juanda menemui pak Sofyan, seorang yang baik hatinya, rajin ibadah, kaya, dan dermawan. Juanda pun di sambut dengan baik oleh pak Sofyan dan istri. Tanpa banyak bicara Juanda langsung mengutarakan maksud dan tujuan hatinya. Ia ingin membuka sebuah usaha yang dapat memperkerjakan anak-anak miskin dan orang dewasa yang menganggur di desanya. Hati pak Sofyan terketuk, dalam hatinya sungguh mulia hati pemuda gaul ini, meski penampilannya aneh bak seorang rocker sejati, namun ia punya ide yang dapat mengubah dunia ke arah yang lebih baik.
Ternyata usaha Juanda tidak sia-sia, pak Sofyan bersedia memberikan modal usaha dengan tujuan membantu warga sekitar yang kesusahan.
Pak Sofyan pun mengamanahkan uang sebanyak 80 juta untuk kemudian di pergunakan membangun pabrik kecil-kecilan. Ide yang di ajukan oleh Juanda adalah pabrik kerajinan tangan, seperti tas, sepatu, baju rajut, mainan anak-anak dan lain sebagainya. Mulailah Juanda bekerja dengan beberapa warga sekitar. Ikut juga beberapa anak-anak yang bekerja merakit mainan kecil yang mudah untuk di kerjakan. Semua mendapatkan upah sesuai dengan hasil kerjanya.
Semakin hari usaha desa ini semakin maju dan mulai terkenal ke daerah kota. Karena permintaan yang semakin tinggi maka karyawan pun mulai terus bertambah. Banyak ibu-ibu janda dan orangtua pengangguran ikut menjadi karyawan di sini. Betapa hati pak Sofyan bangga dan terharu. Pemuda yang sering di anggap pembuat onar di kampung, justru kini telah membuka ladang jariyah untuk di manfaatkan bersama yang membutuhkan. Sejak itu desa Juanda pun berubah menjadi desa yang maju dan sejahtera.
Hal tersebut mengajarkan kita untuk tidak menilai orang lain dari penampilan luarnya saja. Karena bisa jadi dia jauh lebih baik daripada kita.
Lihatlah kedalam diri masing-masing. Sudahkah mengevaluasi diri? Ataukah kita hanya terus sibuk untuk menevaluasi orang lain....
Tafakkur!!
Wallahua'lam bisshawab 😄😊😀😉

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekolah Bahagia

    Berbicara tentang dunia pendidikan memang tidak ada habisnya. Secara esensi, pendidikan adalah martabat sebagai kelangsungan hidup manusia dimuka bumi ini.     Kembali pada rujukan Al Quran dalam surat Al Alaq ayat pertama, Allah telah memerintahkan untuk membaca. Dan membaca adalah bagian dari pendidikan.     Pendidikan tidak lepas dari asas ilmu pengetahuan. Jelas rasanya, dimana ada peserta didik berarti harus lengkap dengan adanya pembimbing atau yang lebih kita kenal dengan sebutan guru.     Nah, mari kita diskusikan tentang sekolah yang bahagia. Tentu harapan setiap siswa merasakan tahap pendidikan yang ideal dan sesuai dengan harapan mereka.     Bagaimana yang dimaksud dengan sekolah bahagia? Sekolah bahagia adalah sekolah yang tidak hanya menyediakan fasilitas mewah atau memadai. Selain guru yang profesional, sekolah bahagia juga perlu memiliki guru dalam mindset yang berbeda.     ...

Senyuman

Bismillah.. Sahabat, hari ini akan saya sampaikan sedikit pesan kecil tentang sebuah hal yang sering kita anggap sepele. Tentang sebuah yang terkadang kita lupa untuk melakukannya bahkan tidak menjadikannya budaya. Suatu hari saya ikut ibu belanja di pasar, banyak sekali kerumunan orang di sana sini. Yang datangpun bervariasi, mulai dari orangtua, muda, hingga anak-anak ikut ke pasar. Ini bukan mall teman, ini adalah pasar tradisional. Di mana buah boleh di beli perbiji, dan sayuran boleh di beli perikat. Sekalipun kita membawa uang yang tak seberapa, mereka dengan senang hati menerima tawar-menawar dari kita. Ya, kembali pada fokus pembahasan kita. Senyuman... Sebuah senyuman merupakan muqaddimah pertama yang perlu di budayakan, percayakah Anda? Sebuah survey membuktikan bahwa senyum membuat jiwa lebih muda, ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa dengan tersenyum, maka masalah akan pudar bersama indahnya senyuman Anda. Kembali pada pasar, pandangan saya fokus pada seorang ibu berdas...

Dynamic 😊

   There can be no doubt that all our knowledge begins with experience. For by what should our intelligence be raised to act if not the objects that affeet our sences, so that the impression arises in parr because the objects themselves. Even through all our knowledge begins "with" just as it all comes "from" experience. For it is quite possible that the experience it self is a mixture.    Because it is quite possible there will be other experiences in addition to that determined by the impression of the senses. Experience is the greatest teacher in life. Many loopholes to seek knowledge. Can be when we are in happiness, sadness, and under any circumstances we can learn.    Many people almost fall and despair when faced with a big problem. It is caused by the narrowness of the mind that is not dynamic at all. As a small example, when a person does not graduate in a university, he choose to quit and does not want to go to collage again. This a sillything,...