Bismillah..
Sahabat, hari ini akan saya sampaikan sedikit pesan kecil tentang sebuah hal yang sering kita anggap sepele. Tentang sebuah yang terkadang kita lupa untuk melakukannya bahkan tidak menjadikannya budaya. Suatu hari saya ikut ibu belanja di pasar, banyak sekali kerumunan orang di sana sini. Yang datangpun bervariasi, mulai dari orangtua, muda, hingga anak-anak ikut ke pasar. Ini bukan mall teman, ini adalah pasar tradisional. Di mana buah boleh di beli perbiji, dan sayuran boleh di beli perikat. Sekalipun kita membawa uang yang tak seberapa, mereka dengan senang hati menerima tawar-menawar dari kita. Ya, kembali pada fokus pembahasan kita. Senyuman... Sebuah senyuman merupakan muqaddimah pertama yang perlu di budayakan, percayakah Anda? Sebuah survey membuktikan bahwa senyum membuat jiwa lebih muda, ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa dengan tersenyum, maka masalah akan pudar bersama indahnya senyuman Anda. Kembali pada pasar, pandangan saya fokus pada seorang ibu berdaster hijau, beliau menggunakan kerudung hijau sama persis dengan warna dasternya, yang membedakan hanya jenis bahan kainnya, namun ada yang berbeda dari ibu paruh baya ini, ia mengenakan high heels yang lumayan tinggi, tampak ia tengah sibuk memilih pakaian anak-anak sekitar usia 3 tahunan. Ia menoleh pada saya, dan saya pun menyambut dengan senyuman, tetapi apa yang terjadi? Ia sama sekali tak membalas senyum saya, bahkan membuang wajah jauh-jauh sejauh Cikareng denga Ciledug. Saya pun mati gaya di buatnya. Ketika ia sibuk menawar-nawar saya sempaf melihat uangnya keluar dari kantong daster sebelah kanannya, uang seratusan tampaknya. Bergegas saya menghampiri ibu tersebut dan memberitahunya bahwa uang beliau hampir jatuh. Dengan cepat ia menggenggam uang seratus ribunya itu, tak ada kata terimakasih yang terucap, saya pun kembali tersenyum dan kembali kepada ibu saya. Setelah ibu saya membeli bahan dapur, kami pun lanjut berjalan mencari mesin blender, karena blender di rumah sudah rusak. Dalam perjalanan saya bertanya pada ibu, "Bu, apa susahnya untuk tersenyum, kan tidak mengeluarkan biaya",tanya saya dengan perasaan sedikit dongkol mengingat ibu tadi. Dengan santai ibu menjawab "semua orang itu tidak sama nak... Tidak tersenyum bukan berarti dia sombong atau malas, bisa jadi karena dia sariawan, atau malu karena giginya ompong... "kata ibu sambil tertawa kecil. "hahahaha ah ibu...saya seruis lho... "
Berbicara tentang dunia pendidikan memang tidak ada habisnya. Secara esensi, pendidikan adalah martabat sebagai kelangsungan hidup manusia dimuka bumi ini. Kembali pada rujukan Al Quran dalam surat Al Alaq ayat pertama, Allah telah memerintahkan untuk membaca. Dan membaca adalah bagian dari pendidikan. Pendidikan tidak lepas dari asas ilmu pengetahuan. Jelas rasanya, dimana ada peserta didik berarti harus lengkap dengan adanya pembimbing atau yang lebih kita kenal dengan sebutan guru. Nah, mari kita diskusikan tentang sekolah yang bahagia. Tentu harapan setiap siswa merasakan tahap pendidikan yang ideal dan sesuai dengan harapan mereka. Bagaimana yang dimaksud dengan sekolah bahagia? Sekolah bahagia adalah sekolah yang tidak hanya menyediakan fasilitas mewah atau memadai. Selain guru yang profesional, sekolah bahagia juga perlu memiliki guru dalam mindset yang berbeda. ...
Komentar
Posting Komentar